TEFLIN KALBAR dan IAIN Pontianak Sukses Gelar Seminar Virtual Internasional Sesi 3

Pontianak (ftik.iainptk.ac.id) – Senin (28/09) dilaksanakan sesi ke 3 seminar virtual internasional hasil kerjasama IAIN Pontianak dan The Association for the Teaching of English Language in Indonesia (TEFLIN) Kalimantan Barat. Kegiatan yang dihelat melalui aplikasi Zoom dan siaran langsung Youtube ini menjaring sekitar 250 peserta dan 100 viewer. Dengan mengusung tema “The Direction of Language Teaching During and Post Pandemic: Contributions to Research and Pedagogy”, seminar ini menghadirkan pemateri baik dari dalam maupun luar negeri. Sebelumnya kegiatan ini diagendakan selama tiga hari pada 24, 25 dan 28 September 2020. Antusiasme peserta begitu terlihat dari keaktifan tanggapan dan pertanyaan malalui kolom komentar yang tersedia.

Tampil sebagai pembicara pertama Prof. Jayakaran Mukundan dari Universitas Putra Malaysia yang memaparkan tentang perbedaan peran pengajar pada kelas konvensional dan kelas online. “Conventional: Teacher see all, control is absolute, the direction of teaching is fluid, there are interruptions, pauses, prompts, cues all of which are a part of learning-teaching. But the new normal: The screen and transmission are central. Transmissions can be weak and when it works, the screen is very restrictive even if teachers can see all their students on screen,” tuturnya. Ia juga menekankan agar pendidik harus bisa menyesuaikan dengan perubahan zaman.“Teachers can plan for future disruptions like this. There will be more research on social media and meeting platforms so that they accommodate the needs of teachers and learners,” pungkasnya.

Dengan membawakan hasil penelitiannya, pembicara kedua Endang Susilawati dari TEFLIN Kalbar memaparkan tentang fakta kurangnya pendekatan sosiolingustik dalam pembelajaran bahasa Inggris. “Sociolinguistics is the field that studies the relationship between language and society, between the uses of language and the social structures of the users. Sociolinguistics are interested in explaining why we speak differently in different social contexts, and they are concerned with identifying the social functions of language and the ways it is used to convey social meaning. Language varieties and social context. But, in fact, the English material design does not take sociolinguistic context into consideration, whereas it is very important to realize the achievement of the language communicative competence,” ungkapnya.

Pembicara ketiga Dr. Bushra Ahmed Khuram dari Departement of English University of Karachi Pakistan menunjukkan hasil pengamatannya bahwa perhatian siswa selama berlangsungnya kelas online menjadi masalah yang utama. Ia menjelaskan “As we switched to online classes in June, the sessions with ma’am did not feel any different cities across the country. The biggest hurdle that we came across in classes of other courses was that teachers were unable to maintain class decorum and could not ensure students’ attentiveness during online lectures. I believe the primary strength factor that paved the path for conducive online sessions was that ma’am instructed us to switch on our cameras and every student was required to state their opinion about the topic under discussion. I think this was a crucial element and the only way to ensure students’ attentiveness during online classes. My research study showed that though online teaching is different, the motivational antecedents for learner engagement in an online class are the same as that of face-to-face teaching.”

Dr. Ikhsanudin dari TEFLIN Kalbar menjadi pembicara terakhir yang mengulas tentang kemungkinan dan kemampuan pembelajaran online di Indonesia. “In this situation, since 2010 enough number of books available online and at that time there was a problem of computer and the internet. In the following steps, the government regulated the telecommunication company. The target of the government is every district should be a center, should be a tower that can serve the people on the internet, even though in limited speed. And now, because of that regulations, the price of computers is very low in Indonesia, and the internet connection is also very cheap compared to internet packages in many countries. And now the situation is very different where the public services should be completed by private companies. But the point is even though it is difficult in the very rural areas but internet connection and the textbook are available. We see many students must go up to the hill and climb some trees to get internet, but it is available compare to several countries that don’t have any connection internet at all. So, in this pandemic, the students should learn from home, have got internet facilities and available textbooks. Many people complain about this situation because they have no economic power but at least it is possible for them to get access,” paparnya.

Setelah menyelesaikan serangkaian kegiatan, seminar virtual internasional ini ditutup secara resmi oleh Wakil Dekan I FTIK IAIN Pontianak Dr. H. Yapandi, M.Pd. Ia menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan ini dan berharap kegiatan serupa dalam dijalankan kembali untuk meningkatkan kualitas akademis kita. “Semoga kegiatan ini menjadi amal ibadah kita. dan semua materi yang diberikan dapat bermanfaat bagi masyarakat luas,” ucapnya mengakhiri pembicaraan.

Penulis: Andry Fitrianto

Editor: Dian Kartika Sari

IAIN PONTIANAK-TEFLIN Sukses Adakan Seminar Virtual Internasional Sesi 2

Pontianak (ftik.iainptk.ac.id) – The Association for the Teaching of English Language in Indonesia (TEFLIN) Kalimantan Barat dan IAIN Pontianak melalui Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Tadris Bahasa Inggris sukses mengadakan seminar virtual internasional sesi ke dua pada Jum’at (25/09). Terpantau paling tidak sekitar 224 orang masuk sebagai peserta seminar melalui aplikasi Zoom dan 76 peserta yang mengikuti secara streaming melalui akun Youtube See_U Project.

Dengan dipandu oleh Nanik Sobikhah, M. Pd sebagai moderator, kegiatan ini berjalan dengan baik dan lancar. Kegiatan yang diagendakan selama tiga hari ini mengusung tema “The Direction of Language Teaching During and Post Pandemic: Contributions to Research and Pedagogy”.

Seminar virtual internasional kali ini menghadirkan pembicara dari dalam dan luar negeri. Tampil sebagai pembicara pertama Uray Salam, Ph. D dari Universitas Tanjungpura menjelaskan perkembangan penelitian yang sedang dilakukannya terkait dengan berbagai macam permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran Bahasa Inggris secara online. Dengan tajuk Locked-Down By Corona, The Students’ Learning Through Whatsapp, ia memaparkan beberapa hasil pengamatannya tentang menggunaan teknologi sebagai media pembelajaran. “Claims of benefit, advocacy, a marked lack of evidance-based research perspactives. Many articels that have appeared in research journals, cnference proceedings, and book chapters are provocative and promotional,” tuturnya.

Menanggapi pertanyaan dari peserta seminar tentang kendala kelistrikan dan akses sinyal internet yang dimiliki oleh peserta didik, ia menuturkan “That’s why I always ask the student before they enter the session, I ask them to tell me their location. If I know that they have difficulties in a connection, I have special treatment for them. I do not give them a very strict deadline thing. I give them flexible time like for the attendance.”

Pembicara kedua Assoc. Prof. Pratya Binmadnee, Ph. D dari Departement of English, Faculty of Liberal Arts and Sosia Sciences Fatoni University Pattani Thailand menekankan pentingnya pembelajaran bahasa Inggris yang diintergrasikan dengan budaya lokal. Hal ini dilakukan guna mencipatakan efektifitas dalam pembelajaran.

“By highlighting the concept of local integration, it could strengthen learners’ minds because they learn and understand wholeheartedly their own cultures from the main sources. Thus, developing VLA for EFL students should focus on the integration of acquiring language, promoting learning and learners, as well as making use of their social or local contexts. The use of local integration in this study which promoted students’ background knowledge could be considered as a major agenda in designing VLA -Fun Fast English, as it can bring the social, emotional, and spiritual change towards the learning of English,” pungkasnya.

Nadra Huma dan Huma Rauf dari Society of Pakistan English Language Teacher (SPELT) Association tampil sebagai pembicara ketiga dan keempat yang membagikan lima tips untuk menunjang pembelajaran bahasa Inggris yang menarik secara online, yaitu 1) Update curriculum content, digitize courses. 2) Keep in mind the time constraint while planning lessons. 3) Provide clear guidelines & rubrics. 4) Use technology as a tool efficiently e.g chatbox, video links, etc. 5) Provide a list of best online resources.

Sedangkan pembicara kelima Dr. Fatima Rehan Dar yang merupakan Director Centre For Teaching Excellence and Learning Innovation Iqra University Karachi menyatakan pentingnya penjaminan kualitas pembelajaran yang dilakukan secara online. Ia menjelaskan “Quality assurance is defined as systematic management and assessment procedures to ensure achievement of quality outputs or improved quality.” Ia pun menambahkan beberapa penjelasan terkait parameter penjaminan mutu tingkat internasional terkait pendidikan online, yaitu:  Institution’s technical infrastructure readiness, faculty readiness, student readiness, content, materials and resource readiness, assessment procedures, channels of communication between faculty, student, management.

Pembicara terakhir Prof. Dr. Nasreen Hussain yang merupakan Chair of the Education Department at the Institute of Bussiness Management University Karachi memaparkan beberapa hal yang harus dipenuhi untuk mencapai efektivitas pembelajaran online. “To approriately switch to online learning, three requirements need to be fulfilled: Access to the internet, the right tecnology, and skill to use the technology,” jelasnya.

Sementara itu, Dr. Istiqomah selaku koordinator program kegiatan ini memberikan tanggapannya. “Kegiatan seminar hari ini merupakan studi komparasi tiga negara (Indonesia, Thailand, dan Pakistan) yang membahas tentang pengajaran bahasa Inggris dalam konteks pandemi. Meskipun Thailand termasuk negara yang berhasil mengendalikan wabah covid 19, penjelasan para penyaji menggambarkan kesamaan dan perbedaan media pengajaran bahasa Inggris yang diterapkan dalam konteks pandemi. Kesamaannya adalah menyetujui penggunaan medsos atau e-learning dalam pengajaran. Perbedaan adalah pilihan terhadap medsos yang digunakan. Bahwa penggunaan medsos menemui hambatan yang perlu dicarikan solusi. Contohnya, ketiadaan atau ketidakstabilan jaringan internet di sebagian kawasan,” paparnya.

Penulis: Andry Fitrianto

Editor: Dian Kartika Sari

IAIN Pontianak Berkolaborasi dengan TEFLIN Adakan Seminar Virtual Internasional

Pontianak (ftik.iainptk.ac.id) – Institut Agama Islam Negeri Pontianak melalui Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Program Studi Tadris Bahasa Inggris berkolaborasi dengan The Association for the Teaching of English Language in Indonesia (TEFLIN) Kalimantan Barat mengadakan seminar virtual internasional dengan tema “The Direction of Language Teaching During and Post Pandemic: Contributions to Research and Pedagogy”. Kegiatan ini diagendakan selama tiga hari yaitu pada 24, 25 dan 28 September 2020 melalui aplikasi Zoom dan disiarkan secara streaming melalui akun Youtube See_U Project.

Adapun jumlah peserta yang terdaftar sebanyak 1042 orang baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Pada hari pertama kegiatan ini berjalan dengan baik dan lancar tanpa kendala yang berarti. Para peserta tanpak antusias mengikuti jalannya seminar dan aktif memberikan tanggapan berupa komentar maupun pertanyaan di kolom percakapan yang tersedia.

Rangkaian kegiatan diisi oleh beberapa pembicara, yaitu Sylvia Ashton, MA dan Judy Kirsh, M. Ed dari National Association For Teaching English and Other Community Languages to Adult (NATECLA) United Kingdom, Prof. Dr. Nasreen Hussain, Dr.  Fatima Rehan Dar, Huma Rauf, Farheen Hasan dan Nadra Huma Quraishi dari Society of Pakistan English Language Teacher (SPELT) Association, Prof. Jayakan Mukundan, Ph. D dari Universitas Putra Malaysia, Assoc. Prof. Pratya Binmadnee, Ph. D dari Fatoni University Thailand, Prof. Dr. Joko Nurkamto, M. Pd dan Dr. Ikhsanudin dari TEFLIN, serta Endang Susilawati, Ph. D dari Universitas Tanjungpura Pontianak.

Prof. Dr. Joko Nurkamto, M. Pd selaku Presiden TEFLIN dalam sambutannya yang sekaligus membuka secara resmi kegiatan ini menyatakan bahwa pandemi COVID-19 membawa dampak yang besar bagi kehidupan kita, termasuk juga dalam hal pembelajaran bahasa Inggris. “This phenomena will, of course, affect the policy in all areas of life, including the field of education especially English language teaching. One of the policy we are rarely experienced is the changes in learning model, from offline in the campus to online in our own home, due to consideration of health and safety,” tuturnya.

Namun dari kondisi ini sesungguhnya merupakan tantangan bagi para pendidik untuk mengasah kreativitas dalam mendesain pembelajaran. “On the other hand, this pandemic phenomenon is giving us the energy and opportunity to think of new creative ways to ensure that learning continues to take place effectively. So I feel sure that all of the speakers in this webinar will be able to address the issue,” pungkasnya.

Sementara itu, Wakil Rektor Bagian Akademik dan Pengembangan Lembaga IAIN Pontianak Dr. Firdaus Achmad, M. Hum sangat mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya tema yang diusung sangat relevan dengan kondisi dunia pendidikan kekinian.  Ia menyatakan bahwa kegiatan seminar virtual merupakan sebuah ajang yang sangat berarti bagi penyelenggara, pesertanya dan dunia pendidikan. “Albert Einstein said; try not to become a man of success, but rather try to become  a man of value. Then I hope the webinar we are holding today will not only share success, but also share the glory, I wish you all the best of luck, success and glory,” ungkapnya. Ia pun sempat menyampaikan harapannya agar kerjasama antara IAIN Pontianak dan TEFLIN dapat berlanjut dalam hubungan yang lebih intens.

Menurut keterangan yang disampaikan oleh Koordinator TEFLIN Kalimantan Barat Dr. Ikhsanudin bahwa ini merupakan kegiatan kedua yang dilaksanakan oleh pihaknya yang pada kesempatan ini berkolaborasi dengan IAIN Pontianak dan didukung oleh beberapa kampus yang ada di kota Pontianak. dalam sambutannya ia juga mengenalkan TEFLIN kepada masyarakat luas.  “TEFLIN is the association of the Teaching of English as a Foreign Language in Indonesia. This is the main organization and the main reference of English teaching association and English teaching activities in Indonesia. We have helped a thousand of teachers to develop themselves and also we are the largest organization in the country,” jelasnya.

Koordinator Organizing Committee Sulaiman, M. Pd yang juga merupakan Ketua Prodi Tadris Bahasa Inggris IAIN Pontianak mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi untuk mensukseskan kegiatan ini. “Prodi Tadris Bahasa Inggris yang merupakan bagian tak terpisahkan dari IAIN Pontianak akan terus berkomitmen untuk meningkatkan mutu pengembangan keilmuan dengan terus melakukan beragam upaya strategis dan dukungan penuh terhadap berbagai kegiatan yang bermanfaat,” ucapnya.

Penulis: Andry Fitrianto

Editor: Dian Kartika Sari