Pontianak, FTIK IAIN Pontianak – Mengharukan sekaligus membanggakan mewarnai suasana perpisahan Ketua Program Studi Tadris Bahasa Inggris FTIK IAIN Pontianak, Senin (02/09/2024) di Ruang Pertemuan Prodi Tadris Bahasa Inggris. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Wakil Dekan I, Eka Hendry AR, M.Si., M.Pd, Wakil Dekan III, Dr. Sahrani, M.Pd, Ketua Prodi PBA, Dr. Rahmap, MA, Kepala Pusat Bahasa, Segu, MA. Dihadiri pula oleh Dosen, Alumni, HMPS TBI FTIK IAIN Pontianak.
Acara ini dirangkai dengan serah terima jabatan dari Ketua Prodi Tadris Bahasa Inggris sebelumnya, Sulaiman, M.Pd kepada Nanik Shobikah, M.Pd selaku Ketua Prodi Tadris Bahasa Inggris yang baru dan Sekretaris Prodi, Oki Anggara, M.Si.
Wakil Dekan I, Eka Hendry AR, M.Si., M.Pd menyampaikan rasa bangganya kepada Sulaiman, M.Pd yang berhasil diterima kuliah program doktoralnya di University of Dundee, United Kingdom. Ia mengucapkan selamat dan mendoakan kelancaran dan kesuksesannya dalam menjalani perkuliahan selama di sana. Menurutnya prestasi membanggakan ini dapat menjadi contoh sekaligus motivasi bagi dosen dan mahasiswa lainnya untuk mengikuti jejak positif di masa depan.
Sulaiman, M.Pd mengucapkan terima kasih atas dukungannya kepada segenap sivitas akademika yang ada di IAIN Pontianak umumnya, FTIK dan TBI khususnya. Ia merasa terhormat karena selama ini diberikan amanah dan kepercayaan untuk memimpin Program Studi Tadris Bahasa Inggris FTIK IAIN Pontianak. Ia berharap di bawah kepemimpinan Nanik Shobikah, M.Pd dan Oki Anggara, M.Si Tadris Bahasa Inggris akan semakin maju dan meraih kesuksesan. Tentu hal itu belum cukup, maka dari itu dibutuhkan sinergi dan kerjasama dari setiap pimpinan, dosen, dan mahasiswa.
Sementara itu, Ketua Program Studi Tadris Bahasa Inggris, Nanik Shobikah, M.Pd mengucapkan terima kasih atas dedikasi dan kerja keras kaprodi sebelumnya dari awal terbentuknya TBI hingga kini. Ia berharap dapat melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan ini lebih baik lagi ke depannya. Tentunya dibantu oleh Sekprodi, GKM, Dosen, Mahasiswa, serta support pimpinan.
Mengikuti kegiatan student mobility ke Serawak, Malaysia adalah salah satu pengalaman paling berharga dalam hidup saya. Program ini memberikan kesempatan untuk belajar di salah satu universitas terkemuka di Serawak, yaitu UNIMAS dan UiTM selama lima hari. Selain memperoleh pengetahuan akademis, saya juga mendapatkan banyak pengalaman budaya yang tak terlupakan. Sejak awal, saya merasa sangat antusias. Setelah tiba di Malaysia, saya disambut dengan hangat oleh staf universitas dan mahasiswa lokal yang ramah. Mereka membantu kami dengan memberikan transportasi berupa bus untuk mengikuti berbagai kegiatan. Kami ditempatkan di asrama kampus, yaitu Rafflesia Collage. Di hari pertama, kami mengikuti kegiatan pembukaan kegiatan Short-Term Mobility Programme UNIMAS – IAIN Pontianak – IAIN Ponorogo dan UIN Mataram di kampus Universitas Malaysia, Serawak. Setelah kegiatan ini berlangsung kami menyempatkan untuk mengambil foto bersama sama mahasiswa FTIK.
Setelah selesai, kami melanjutkan perjalana untuk mengunjungi dan mengeksplor main library yang ada di kampus UNIMAS. Terdapat 4 tingkatan dengan desain yang menarik dan nyaman untuk para pelajar, Mahasiswa yang ingin mengerjakan tugas atau bahkan hanya sekedar membaca buku.
Di hari kedua, adalah inti kegiatan yaitu presentasi hasil artikel. Karena saya berasal dari mahasiswa Program Studi Tadris Bahasa Inggris saya mencoba untuk melakukan presentasi dengan Bahasa Inggris. Karena tekad dan keberanian saya, serta meluangkan waktu untuk belajar saya berhasil melewatkan presentasi dengan memuaskan. Universitas tempat saya melakukan presentasi memiliki fasilitas yang lengkap dan modern. Di dalam kelas, satu kelompok terdiri dari Mahasiswa S1, S2, S3. Ini adalah pengalaman paling menegangkan dalam hidup saya ketika harus presentasikan hasil penelitian saya didepan mahasiswa magister dan doctoral.
Keesokan harinya, kami melanjutkan kegiatan dengan melakukan pengabdian ke salah satu sekolah yang berada di Kuching, Malaysia. Sekolah tersebut bernama, SMART al-Madrasah al-Islamiyah. Kami disambut dengan meriah oleh para guru dan pelajar yang ada disana. Saya membantu mengajar di salah satu kelas disana bersama rekan saya dari IAIN Ponorogo, UIN Mataram dan satu teman saya dari IAIN Pontianak. Kami mengajarkan pelajar disana berkaitan dengan budaya dan mata uang antara Malaysia dan Indonesia menggunakan mix Languange antara Bahasa Melayu dan Bahasa Inggris.
Selain kegiatan akademis, saya juga berkesempatan untuk mengikuti workshop yang di adakan oleh kampus UiTM di Serawak, Malaysia. Kami membuat tas dari dedaunan alami untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Kegiatan ini sangat memberikan mafaat dan pengalaman baru untuk saya.
Pengalaman ini tidak hanya memperluas wawasan akademis dan budaya saya, tetapi juga membantu saya menjadi lebih mandiri dan percaya diri. Saya belajar mengelola waktu dengan lebih baik, beradaptasi dengan lingkungan baru, dan berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Program student mobility ini benar-benar memberikan saya pengalaman yang tak terlupakan dan mempersiapkan saya untuk menghadapi tantangan global di masa depan. Besar harapan kepada mahasiswa TBI lainnya untuk mengikuti program ini dikarenakan memberikan banyak manfaat untuk diri kita sendiri dan memberikan pengaruh yang baik kepada prodi.
Pontianak, February 27, 2024 – On Wednesday, February 27, 2024, the English Tadris Study Program, Teacher Training and Tarbiyah Faculty, State Islamic Institute (IAIN) Pontianak received a special visit from Ruth Goode, Director of the Regional English Language Office (RELO) at the US Embassy Jakarta, and Dian Savitri, Cultural Affairs Specialist at the US Embassy Jakarta. The purpose of this visit was to explore collaboration opportunities in the field of English language education between our institution and educational institutions in the United States.
The guests were welcomed by the Vice Dean for Academic and Development Affairs, Eka Hendry AR, as well as the Head of the English Tadris Study Program, Sulaiman, and several English language lecturers. Discussions between the two parties regarding collaboration opportunities were highly productive, covering various initiatives such as the Online Professional English Network (OPEN) Program, OPEN Global Online Courses (GOCs), and OPEN Massive Open Online Courses (MOOCs) Program.
Ruth Goode (left) Eka Hendry AR (right)
Furthermore, one aspect that caught Ruth Goode’s attention was the effort to provide access to English language education in remote areas with limited internet access. She highlighted the idea of flash drives containing English language materials as an alternative solution, but emphasized the need for training for teachers in those areas to optimize the use of such materials.
Dian Savitri added the importance of providing easily accessible resources for teachers, especially in areas that may have limited access or resources. “We are committed to providing teachers with access to quality learning materials and courses that can enhance their English teaching skills,” she said. Accessible through the flyer below:
Eka Hendry highlighted the need to enhance the knowledge and skills of lecturers in keeping up with the latest developments in the field of English language education and information technology. “By training lecturers to continuously update their knowledge, we can ensure that they can produce English teachers who are not only competent in teaching but also capable of integrating information technology into learning,” he explained.
Furthermore, Eka Hendry emphasized the importance of having quality English teachers in remote areas, where access to education is often limited. “Through collaboration with RELO, US Embassy Jakarta, and other educational institutions, we hope to create an inclusive and sustainable education model to improve access to English language education across the region,” he added.
Sulaiman highlighted the potential for collaboration in research as an important step in developing understanding and solutions to education challenges in the region. He stated, “Research collaboration between our institution and RELO can be an effective means to identify specific issues in English language teaching and seek innovative solutions.“
Additionally, Sulaiman also emphasized the importance of community service in enhancing access to English language education in West Kalimantan. He added, “Through this collaboration, we hope to make a significant contribution to expanding the reach of English language education, especially in marginalized areas.“
Sulaiman agreed with the rector’s idea to work together with local and international partners to improve education at our institution. “We’re ready to team up with the Regional English Language Office (RELO) to provide useful training for teachers in West Kalimantan,” he stated. He also highlighted the importance of following through on the rector’s suggestion to collaborate with national and international groups to boost the institution’s reputation and become recognized on a global scale.
Militansina, one of the English language lecturers, added that integrating local culture and climate change issues into the English language curriculum could provide significant added value for students. “Collaboration to develop teaching materials that consider local culture and climate change issues will not only help students better connect with the learning content but also provide a deeper understanding of the environmental challenges facing our planet,” she explained.
She stressed that students need to be provided with relevant initial knowledge about climate change and environmental conservation efforts from an early age, so that they can become responsible agents of change in preserving our planet without forgetting local culture values.
Militansina also expressed readiness to collaborate with relevant parties, including RELO and other educational institutions, in developing and implementing an inclusive curriculum that is oriented towards environmental and cultural preservation.
Additionally, Nanik Shobikah also emphasized that collaboration with the Department of Education and the Ministry of Religion can ensure that the training organized can be accessed and utilized optimally by teachers in the Education Department and in madrasahs in the Kalimantan region. “We believe that with strong collaboration, we can create relevant and impactful training programs for education in these areas,” she added.
The offer of collaboration from Nanik Shobikah demonstrates our institution’s commitment to making a real contribution to improving the quality of English language teaching in the Kalimantan region, and emphasizes the importance of interagency collaboration in achieving common goals in the field of Education.
Pontianak, 22 Desember 2023 – Sebuah penelitian yang melibatkan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak dan Universitas Aberdeen telah berhasil diselesaikan pada fase pengumpulan data penelitian. Penelitian ini dipimpin oleh James Burnett, seorang mahasiswa Ph.D. yang berprestasi dari Universitas Aberdeen dengan gelar B.A., M.Sc., TESOL. Kesuksesan penelitian ini tidak lepas dari dukungan dan izin yang diberikan oleh Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak, Prof. Dr. H. Hermansyah, M.Ag., serta ketua Program Studi Tadris Bahasa Inggris, Sulaiman, M.Pd.
Penelitian yang berjudul “A study into the effectiveness of immersive virtual reality (iVR) and its impact on foreign language public speaking anxiety amongst English language learners studying at university in Indonesia” mencoba menggali efektivitas realitas virtual yang mendalam (iVR) dan dampaknya terhadap kecemasan berbicara di depan umum dalam bahasa asing, terutama di kalangan mahasiswa yang sedang mempelajari bahasa Inggris di universitas di Indonesia.
Ketua Program Studi Tadris Bahasa Inggris, Sulaiman M.Pd. menyoroti pentingnya penelitian ini terhadap perkembangan pendekatan pembelajaran bahasa Inggris di lingkungan akademis Indonesia. “Penelitian ini membawa dimensi baru dengan memanfaatkan teknologi Virtual Reality, dan saya yakin hasilnya akan memberikan pandangan yang berharga terhadap cara kita memahami dan mengatasi tantangan kecemasan berbicara di depan umum. Serta ini menjadi pengalaman berharga bagi ke 24 mahasiswa yang menjadi partisipaan penelitian ini” ucapnya.
Nanik Shobikah, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Tadris Bahasa Inggris, menekankan pentingnya terus menjelajahi metode baru, khususnya yang berkaitan dengan teknologi, untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan efektif bagi para siswa. “Pemahaman terhadap dampak Virtual Reality pada kecemasan berbicara dapat membuka pintu untuk inovasi lebih lanjut dalam pembelajaran bahasa Inggris di IAIN Pontianak,” ucapnya.
Sebagai Koordinator Pendamping Penelitian, Militansina, M.Pd., menyampaikan kebanggaannya terhadap dedikasi tinggi mahasiswa yang terlibat dalam penelitian dampak Virtual Reality pada kecemasan berbicara bahasa Inggris di IAIN Pontianak. Selama 20 hari pendampingan, mahasiswa menunjukkan antusiasme dan ketertarikan yang luar biasa terhadap teknologi iVR. Militansina menyoroti perkembangan peserta dalam mengatasi tantangan penelitian, memahami konsep Virtual Reality, serta peningkatkan keterampilan presentasi dan berbahasa Inggris. Dia berharap pengalaman ini akan menjadi pijakan bagi mahasiswa untuk terus berkembang sebagai calon pendidik bahasa Inggris yang kompeten dan inovatif, memberikan kontribusi positif dalam dunia pendidikan di masa mendatang.
Sebagai tanda penghargaan atas kerjasama antara IAIN Pontianak dan Universitas Aberdeen, Militansina menyajikan lukisan pribadi berupa Lukisan Tugu Digulis yang dilukis oleh dirinya kepada James sebagai suvenir berkesan. Tindakan ini merespon permintaan khusus James untuk mencari lukisan khas Pontianak, menonjolkan keunikannya dengan sentuhan profesionalisme dalam memberikan penghargaan kepada tamu. Tugu Digulis atau tugu bambu runcing merupakan lambang sebelas tokoh Sarekat Islam dari Kalimantan Barat yang dianggap berbahaya oleh pemerintah kolonial diasingkan ke pulau Boven Digul. Sebelas nama tokoh politik Kalimantan Barat tersebut adalah: Achmad Marzuki, Achmad Su’ud bin Bilal Achmad, Gusti Djohan Idrus, Gusti Hamzah, Gusti Moehamad Situt Machmud, Gusti Soeloeng Lelanang, Jeranding Sari Sawang Amasundin.Kemudian Haji Ris bin H. Aburahman, Moehammad Sohor, Moehammad Hambal atau yang dikenal dengan Bung Tambal, dan Moehammad SohordanYa’ Moehammad Sabran. Untuk memperingati jasa mereka, pada tahun 1968 didirikan sebuah monumen yang berbentuk sebelas batang bambu runcing. Monumen ini diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Barat, H. Soedjiman (1977-1988), pada Hari Pahlawan 10 November 1987.
Buku karya Militansina tentang pembelajaran bahasa Inggris, yang memasukkan materi kebudayaan Melayu Pontianak, dihadirkan sebagai kenang-kenangan yang mendalam terkait dengan kebudayaan Melayu yang tak terpisahkan dari dimensi keagamaan. Tindakan ini sejalan dengan visi dan misi IAIN Pontianak yang terus ditekankan oleh Rektor, Prof. Dr. H. Syarif, S.Ag., MA., dalam menjadikan institusi ini sebagai pusat kajian dan riset keilmuan, keislaman, dan kebudayaan Borneo.
Dalam kunjungannya, James disambut hangat oleh mahasiswa dengan keceriaan dan antusiasme. Mahasiswa mengekspresikan apresiasi mereka dengan memberikan suvenir unik khas Pontianak kepada James. Dalam kreasi pribadinya, Nabil, Ratu, Faqihatun, dan Rico menyajikan gambar sketsa yang menggambarkan keindahan budaya setempat serta sketsa wajah James. Virda, dengan kebaikan hatinya, memberikan makanan khas Pontianak sebagai bagian dari suguhan budaya. Engla, yang memiliki keahlian merajut, menyumbangkan rajutan gantungan kunci sebagai bentuk kekreatifannya. Kedatangan James tidak hanya meninggalkan jejak akademis, tetapi juga memupuk hubungan yang erat dan menyenangkan antara dosen tamu dan mahasiswa, menciptakan pengalaman belajar yang tak terlupakan. Mahasiswa yang berjumlah 24 orang merasa bahagia dan terinspirasi oleh interaksi positif dengan James. James tampak sangat gembira dengan kenang-kenangan dan hadiah yang diberikan oleh mahasiswa Tadris Bahasa Inggris.
Saat mahasiswa memaparkan profil mereka, alasan memilih program studi Tadris bahasa Inggris, serta membahas tokoh dan teori-teori terkait pengajaran bahasa Inggris, James memberikan pujian tinggi. Ia menyatakan bahwa mahasiswa tersebut tidak hanya sangat lancar, tetapi juga mampu memberikan penjelasan yang menarik, menggunakan gambar visual yang relevan dengan topik, dan berinteraksi dengan audiens secara efektif. James mengungkapkan keyakinannya bahwa para mahasiswa Tadris Bahasa Inggris memiliki potensi untuk melanjutkan studi ke Universitas Aberdeen. Beliau berharap kerjasama ini tidak hanya memberikan pengalaman berharga dalam penelitian, tetapi juga membuka peluang baru dalam pengembangan metode pembelajaran bahasa Inggris dan kerjasama di masa mendatang.
Kunjungan penelitian Ph.D yang dilakukan oleh mahasiswa dari Universitas Aberdeen menuai kegembiraan dan apresiasi tinggi dari para dosen dan mahasiswa di Tadris Bahasa Inggris IAIN Pontianak. Kehadiran mahasiswa peneliti ini memberikan nilai tambah dalam lingkup akademis kampus, menciptakan suasana kolaboratif yang positif. Para dosen dan mahasiswa menyambut dengan hangat kunjungan tersebut, mengakui nilai pentingnya pertukaran pengetahuan dan pengalaman. Dalam semangat terbuka untuk kerjasama lebih lanjut, mereka menyatakan kesiapan untuk menerima kunjungan peneliti-peneliti lainnya yang berminat melakukan penelitian di Tadris Bahasa Inggris, IAIN Pontianak. Keinginan ini mencerminkan komitmen mereka dalam mendukung pertukaran intelektual dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan bahasa Inggris.
Pontianak, Desember 22nd , 2023 – The State Islamic Institute (IAIN) Pontianak and the University of Aberdeen have joined forces in a research endeavor, reaching the successful completion of the data collection phase. Led by James Burnett, a distinguished Ph.D. student from the University of Aberdeen with degrees in B.A., M.Sc., TESOL, the study owes its success to the support and permission granted by the Dean of the Faculty of Teacher Training and Tarbiyah Faculty (FTIK) at IAIN Pontianak, Prof. Dr. H. Hermansyah, M.Ag., and the head of the English Tadris Study Program, Sulaiman, M.Pd.
The title is “A study into the effectiveness of immersive virtual reality (iVR) and its impact on foreign language public speaking anxiety amongst English language learners studying at university in Indonesia,”. The research involves a two-week course with 12 participants, strategically divided into three groups. Each group will undergo varying degrees of presentation practice, including immersive VR sessions, aimed at assessing potential differences in outcomes related to foreign language speaking anxiety.
Sulaiman, M.Pd., the Chairman of English Tadris Study Program, emphasized the significance of this research for the development of English language teaching approaches in the Indonesian academic environment. “This research introduces a new dimension by leveraging Virtual Reality technology, and I believe its outcomes will provide valuable insights into understanding and addressing challenges in public speaking anxiety. Moreover, it has been a valuable experience for the 24 participating students,” he stated.
Nanik Shobikah, M.Pd., the Secretary of the English Tadris Study Program, underscored the importance of exploring new methods, particularly those related to technology, to create a supportive and effective learning environment for students. “Understanding the impact of Virtual Reality on speaking anxiety can open doors for further innovations in English language learning at IAIN Pontianak,” she added.
As the Research Coordinator, Militansina, M.Pd., expressed pride in the high dedication of the students involved in researching the impact of Virtual Reality on English language speaking anxiety at IAIN Pontianak. Over the 20-day research period, students demonstrated exceptional enthusiasm and interest in iVR technology. Militansina highlighted the participants’ progress in overcoming research challenges, understanding Virtual Reality concepts, and improving presentation and English language skills. She hopes this experience will serve as a foundation for students to evolve as competent and innovative English educators, contributing positively to the future of education.
In acknowledgment of the collaboration between IAIN Pontianak and the University of Aberdeen, Militansina presented a personal painting of the Digulis Monument, painted by herself, to James as a meaningful souvenir. This gesture responded to James’s specific request for a distinctive Pontianak painting, showcasing its uniqueness with a touch of professionalism in honoring the guest. The Digulis Monument, or the pointed bamboo monument, symbolizes eleven Sarekat Islam(Islamic Union) figures from West Kalimantan considered dangerous by the colonial government and were exiled to Boven Digul Island because of their resistance for the nation’s independence from colonial rule. The eleven political figures from West Kalimantan are: Achmad Marzuki, Achmad Su’ud bin Bilal Achmad, Gusti Djohan Idrus, Gusti Hamzah, Gusti Moehamad Situt Machmud, Gusti Soeloeng Lelanang, Jeranding Sari Sawang Amasundin. Subsequently, Haji Ris bin H. Aburahman, Moehammad Sohor, Moehammad Hambal, also known as Bung Tambal, and Moehammad SohordanYa’ Moehammad Sabran.In commemoration of their contributions, a monument consisting of eleven pointed bamboo poles was erected in 1968 and inaugurated by the Governor of West Kalimantan, H. Soedjiman (1977-1988), on Heroes’ Day, November 10, 1987.
As a meaningful gesture, Militansina marked the occasion by presenting her book on English language learning, incorporating Pontianak Malay cultural content, as a profound memento related to the inseparable connection between Malay culture and religious dimensions. This action aligns with IAIN Pontianak’s vision and mission, continually emphasized by the Rector, Prof. Dr. H. Syarif, S.Ag., MA., in making the institution a center for scholarly, Islamic, and Borneo cultural studies.”
During his visit, James was warmly welcomed by students with joy and enthusiasm. Students expressed their appreciation by presenting unique Pontianak souvenirs to James. In their personal creations, Nabil, Ratu, Faqihatun, and Rico depicted the beauty of local culture and sketched James’s face. Virda, with her kindness, offered traditional Pontianak food as part of the cultural treat. Engla, skilled in knitting, contributed knitted keychain ornaments as a creative gesture. James’s visit not only left academic imprints but also cultivated close and enjoyable relationships between the guest lecturer and students, creating an unforgettable learning experience. The 24 students felt happy and inspired by the positive interactions with James. James appeared delighted with the mementos and gifts given by the English Language Teaching students.
As students presented their profiles, reasons for choosing the English Tadris study program, and discussed figures and theories related to English language teaching, James gave high praise. He stated that the students were not only highly fluent but also capable of delivering engaging explanations, using visually relevant images, and interacting effectively with the audience. James expressed confidence that English Language Teaching students have the potential to continue their studies at the University of Aberdeen. He hoped that this collaboration would not only provide valuable research experiences but also open new opportunities for the development of English language teaching methods and future collaborations.
The Ph.D. research visit by a student from the University of Aberdeen sparked enthusiasm and garnered high appreciation from the faculty and students in the English Tadris study program at IAIN Pontianak. The presence of this student researcher added value to the academic atmosphere, fostering a positive collaborative environment. The faculty and students warmly welcomed the visit, recognizing the significance of knowledge and experience exchange. In the spirit of openness to further collaboration, they expressed readiness to host visits from other researchers interested in conducting research in the English Language Teaching program at IAIN Pontianak. This eagerness reflects their dedication to facilitating intellectual exchange and advancing knowledge in the field of English language education.
Pontianak, 20 November 2023 –Seorang mahasiswa Ph.D. yang berprestasi dari Universitas Aberdeen, James Burnett BA., M.Sc., TESOL., saat ini sedang menjalankan penelitiannya yang sangat menarik berkerjasama dengan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Penelitian ini bekerja sama dengan Program Studi Tadris Bahasa Inggris yang dipimpin oleh Sulaiman, M.Pd., serta dengan dukungan dari Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak, yaitu Dr. H. Hermansyah, M.Ag.
Penelitian yang dilakukan oleh James Burnett, B.A., M.Sc., TESOL. berkaitan dengan “A study into the effectiveness of immersive virtual reality (iVR) and its impact on foreign language public speaking anxiety amongst English language learners studying at university in Indonesia.” Penelitian ini difokuskan pada pemahaman tentang efektivitas realitas virtual yang mendalam (iVR) dan dampaknya terhadap kecemasan berbicara di depan umum dalam bahasa asing, khususnya di kalangan mahasiswa yang sedang mempelajari bahasa Inggris di universitas di Indonesia.
Dalam upaya mendukung penelitian tersebut, Sulaiman, M.Pd., sebagai ketua Program Studi Tadris Bahasa Inggris di IAIN Pontianak, menyatakan, “Kami sangat bangga dapat berkolaborasi dengan James Burnett B.A., MSc TESOL dalam penelitian ini. Topik penelitian yang dipilih sangat relevan dengan perkembangan terkini dalam pembelajaran bahasa Inggris di lingkungan akademis Indonesia.”
Nanik Shobikah, M.Pd., sekretaris program Tadris Bahasa Inggris, menyampaikan optimisme terhadap manfaat potensial dari penelitian ini. “Memahami dampak iVR pada kecemasan berbicara akan memberikan wawasan berharga untuk metode pengajaran kami. Penting terus menjelajahi metode baru untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan efektif bagi siswa kami,“
Militansina,M.Pd., yang menjabat sebagai koordinator, menambahkan, “Kerjasama antara James Burnett, B.A., MSc TESOL dan IAIN Pontianak menciptakan peluang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Inggris melalui pendekatan inovatif menggunakan teknologi iVR. Kami berharap hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan berharga untuk pengembangan metode pembelajaran di masa mendatang.“
Proyek penelitian ini mencerminkan komitmen bersama untuk mendorong inovasi dalam pendidikan bahasa Inggris dan meminimalkan hambatan yang mungkin dihadapi oleh para pembelajar bahasa asing, terutama dalam hal kecemasan berbicara di depan umum. Dengan dukungan penuh dari IAIN Pontianak, James Burnett, B.A., M.Sc., TESOL. diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman kita tentang penerapan teknologi iVR dalam konteks pembelajaran bahasa di Indonesia.
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) sebagai implementasi dari Tridharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. PKM ini mengundang Mahasiswa Universitas Leipzig Jerman dan mahasiswa Tadris Bahasa Inggris FTIK IAIN Pontianak. (19/09/2023)
Kedatangan mahasiswa dari Leipzig University Jerman, Aaaron Hauenschield dan Lena Waldhoff, para dosen TBI, HMPS TBI, dan mahasiswa TBI mendapatkan sambutan yang luar biasa oleh Bapak H. Subhan, M.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 3 Pontianak dan para guru SMP Negeri 3 Pontianak. Beliau sangat mengapresiasi kegiatan ini dan memberikan kesempatan yang berkelanjutan untuk Program Studi TBI FTIK IAIN Pontianak melaksanakan PKM di SMP Negeri 3 Pontianak.
Kegiatan PKM ini dilakukan dalam bentuk sharing session dengan tema English Teaching and Learning in Indonesia and Germany. Setelah Sekprodi Tadris Bahasa Inggris, Ibu Nanik Shobikah, M.Pd. menyampaikan maksud kegiatan PKM ini dan menyampaikan salam dari Bapak Sulaiman, M,Pd. Selaku Kaprodi TBI, serta disambut oleh Bapak H. Subhan, M.Pd. dan para guru, maka rombongan yang terdiri dari mahasiswa Leipzig University, Dosen TBI, HMPS TBI, dan mahasiswa TBI diarahkan masuk ke kelas tempat sharing session diselenggarakan. Peserta didik sangat antusias mengajukan berbagai pertanyaan dalam Bahasa Inggris kepada Aaaron dan Lena tentang motivasi belajar Bahasa Inggris, kehidupan di Jerman, budaya di Jerman, makanan dan minuman di Jerman, yang disukai dari Pontianak dan Indonesia, pengalaman selama di Pontianak, Aktivitas di Pontianak, dan lain sebagainya.
Peserta didik juga aktif bertanya mengenai metode pembelajaran yang efektif agar dapat menguasai bahasa Inggris dengan baik. Para Dosen Tadris Bahasa Inggris juga memberikan motivasi semangat untuk peserta didik agar tetap semangat untuk belajar bahasa inggris sampai ke jenjang perguruan tinggi seperti di Program Studi Tadris Bahasa Inggris FTIK IAIN Pontianak.
Bapak H. Subhan, M.Pd. berharap dengan adanya kegiatan PKM ini dapat menumbuhkan minat para peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi. “Semoga dengan adanya PKM seperti ini bisa memotivasi siswa untuk terus ningkatkan semangat belajar mereka hingga bisa memicu mereka untuk mau masuk bangku perkuliahan, apalagi dengan datangnya native speaker langsung dari Jerman tentunya akan membuat mereka semakin tertarik belajar Bahasa asing terkhusus nya Bahasa inggris”, kata beliau.
Disampaikan terima kasih khusus pada Bapak Ibu Dosen Tbi yang berkenan hadir pada kegiatan PKM yaitu Ibu Nur Rahmiani, M.Pd., Ibu Militansina, M.Pd., Ibu Nurma Annisa Azzahra, M.Pd., dan Ibu Primatasha Desvira Dizza, M.Pd serta Para Guru SMP Negeri 3 Pontianak yang telah berkenan juga menyambut PKM ini yaitu Ibu Hj. utin Rosdiana, M.Pd, Ibu Fivina Sari, M.Pd., Ibu Umi Maftuhah Sandra, M.Pd, dan Ibu Nani Irmaya, S.Pd.
Dua Mahasiswa Leipzig University, Germany, Mr Aaron Hauenschild & Mrs. Lena Waldhoff menjadi speakers di kegiatan Meet and Greet Mahasiswa Tadris Bahasa Inggris, Senin (14/08/2023) dengan tema “Let’s be a Big Family in English Study Program”. Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung Saifudin Zuhri Aula FTIK IAIN Pontianak Lt. V. Acara dibuka secara resmi oleh Ketua Prodi Tadris Bahasa Inggris, Sulaiman, M.Pd. Dihadiri pula oleh Sekretaris Prodi Tadris Bahasa Inggris, Nanik Shobikah, M.Pd, tamu undangan, Dosen dan Mahasiswa Tadris Bahasa Inggris.
Ketua Prodi Tadris Bahasa Inggris, Sulaiman, M.Pd mengucapkan terima kasih kepada Aron dan Lena yang telah berkenan hadir untuk memberi semangat dan motivasi kepada mahasiswa sekaligus memberikan pengalaman kepada mahasiswa dan berinteraksi secara langsung dengan mereka. Nantinya kedua narasumber akan memberikan pengalaman dan sharingnya tentang kebudayaan di Jerman dan Pontianak. Ia berharap semoga kedua narasumber dapat menikmati kegiatan pada hari ini.
Sementara itu, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Tadris Bahasa Inggris berterimakasih kepada segenap tim yang terlibat dalam menyukseskan acara pada hari ini. “Saya ingin berterimakasih kepada semua mahasiswa yang telah berkenan membantu menyukseskan acara ini dari awal sampai akhir. Tujuan dari meet and greet ini adalah untuk menjalin silaturahmi dan mempererat kekeluargaan yang ada di Tadris Bahasa Inggris sehubungan dengan datangnya keluarga baru kita yaitu mahasiswa baru Tadris Bahasa Inggris tahun 2023. Saya ingin mengucapkan selamat datang dan selamat bergabung kepada mahasiswa baru tahun 2023 di Program Studi Tadris Bahasa Inggris IAIN Pontianak,” ungkapnya.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan sesi foto bersama, berikutnya diskusi bersama Mr Aaron Hauenschild and Mrs. Lena Waldhoff beserta Dosen dan Mahasiswa Tadris Bahasa Inggris.
Program Studi Tadris Bahasa Inggris (TBI) Kembali menggelar Seminar Internasional “The 5th International Seminar, Reflective of EMI from teacher and Student Persfectives” secara hybrid via zoom meeting dan langsung di Aula FTIK IAIN, Selasa (21/3/2021). Kegiatan ini dibuka oleh Dekan FTIK, Dr. H. Hermansyah, M.Ag. Dihadiri Mahasiswa Tadris Bahasa Inggris dan beberapa partisipan lainnya.
Seminar international kali ini menghadirkan beberapa pemateri dari dalam negeri dan luar negeri yaitu:
Dalam sambutannya, Dekan FTIK, Dr. H. Hermansyah, M.Ag mengapresiasi kegiatan seperti ini. Menurutnya, kegiatan ini bermanfaat bagi mahasiswa dan turut mendongkrak nilai akreditasi nantinya.
Ketua Prodi Tadris Bahasa Inggris, Sulaiman, M.Pd mengatakan, “Kegiatan ini akan berlangsung rutin agar mahasiswa kita mempunyai kualitas unggul ketika lulus,” ujarnya. Ia juga berharap agar dengan adanya kegiatan-kegiatan ini nantinya bisa mendapatkan nilai akreditasi yang diharapkan. “Seminar International ini adalah sesi kedua dari Seminar International yang dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2023 lalu. Seminar ini dimaksudkan sebagai bagian dari refleksi dalam penggunaan Bahasa Inggris yang mana digunakan sebagai media kata pengantar,” pungkasnya.
Over more than 70 years, exchange programs sponsored by the U.S. Mission to Indonesia have brought thousands of Indonesian citizens to the United States to study, engage in cultural exchange, and take part in building the U.S.-Indonesia strategic partnership. As we continue to come together across borders to address the challenges and opportunities of the 21st century, we are thrilled to announce the next YSEALI Academic Fellowship opportunity will take place in Fall 2023.
Eligible Indonesian YSEALI members can apply for the Fall 2023 Academic Fellowship online until 09.00 WIB on April 17th, 2023!
The YSEALI Academic Fellowship is an intensive short-term academic program whose purpose is to provide groups of young leaders with a deeper understanding of the United States and a particular theme, while simultaneously enhancing their leadership skills. The Fellowship will focus on one of three themes: Civic Engagement, Environmental Issues, and Social Entrepreneurship and Economic Development. The five-week programs will consist of a balanced series of seminar discussions, readings, group presentations, and lectures. The coursework and classroom activities will be complemented by educational travel, site visits, leadership activities, and volunteer opportunities within the local community. During the academic residency, participants will also have opportunities to engage in educational and cultural activities outside of the classroom. If conditions allow, the Fellowship will include an educational study tour to other areas of the United States where they will meet with local, state, private, and nonprofit organizations working in the field. Note that if the program must take place virtually, Fellows will engage in similar activities but online from their home countries.
Virtual Program Contingency: Should health, safety, and travel conditions continue to pose significant challenges, the Academic Fellowship will pivot to a virtual format. The virtual program would consist of a minimum of 36 hours of required programming with a combination of synchronous and asynchronous learning. To the extent possible, the virtual programming would include lectures, small group discussions, videos, readings, panels, site visits, leadership development, assignments, and individual and group activities. Participants would be expected to fully participate in the entire virtual program from their location.
Since Spring 2015, hundreds of Indonesian YSEALI members have joined fellows from all ten ASEAN countries and Timor Leste to complete a YSEALI Academic Fellowship on one of three themes:
• Civic Engagement • Environment Issues and Natural Resources Management • Social Entrepreneurship and Economic Development
Who is eligible to apply? YSEALI members aged 18-25 who are current students or who graduated from university less than five years ago.
Technical Eligibility Requirements Applicants must be:
Between the ages of 18 and 25 at the time of application;
A citizen of one of the following countries: Brunei, Burma, Cambodia, Indonesia, Laos, Malaysia, Philippines, Singapore, Thailand, Timor Leste, or Vietnam;
A resident of one of the following countries: Brunei, Burma, Cambodia, Indonesia, Laos, Malaysia, Philippines, Singapore, Thailand, Timor Leste, or Vietnam;
Not a U.S. citizen or permanent resident of the U.S.;
A full-time undergraduate or graduate student or graduated less than five years ago from an institution of higher learning;
Proficient in English. Able to read, write, and speak English in a U.S. university classroom setting. (Note: No TOEFL, IELTS, or other test score is required. English language ability is evaluated through the application form and interviews with YSEALI program staff);
Eligible to receive a J-1 visa (a J-1 visa is for individuals approved to participate in work-and study-based exchange visitor programs to the United States sponsored by the U.S. Department of State. As an Indonesian recipient of the J-1 visa for the YSEALI Academic Fellowship program, you will be subject to a two-year Foreign Residency Requirement. This means that for a period of two years after your return from the Academic Fellowship program, you will not be eligible to apply for a visa to immigrate to the United States as a Legal Permanent Resident or to apply for a work visa that would allow you to accept employment in the United States without a waiver. However, the Foreign Residency Requirement does not affect your eligibility for U.S. student, tourist, or business visas.)
Selection Criteria Applicants should:
Demonstrate strong leadership qualities and potential in their university, place of work, and/or community;
Demonstrate interest, knowledge, or professional experience in one or more YSEALI theme (civic engagement, entrepreneurship and economic growth, environment issues,);
Demonstrate a commitment to or interest in community service, volunteerism, or mentorship;
Indicate a serious interest in learning about the United States and ASEAN as a region;
Be willing to actively participate in an intensive academic program, community service activity, and study tour;
Have a commitment to return to their home country to apply leadership skills and training to benefit their community, country, or the region of Southeast Asia; and
Have little or no prior experience in the United States.
How to Apply:
Submit an electronic application HEREby 09.00 WIB (9 AM Jakarta time) on April 17th, 2023!
Please note: Only shortlisted candidates will be notified to schedule an interview.