The Role of Technology in Modern English Language Instruction

In today’s fast-paced digital age, technology has revolutionized the landscape of education, and English language instruction is no exception. The integration of technology in the classroom is playing a pivotal role in enhancing the learning experience for English language learners.

One of the most notable developments in this area is the proliferation of online language learning platforms and applications. These digital tools offer learners the flexibility to practice their English skills at their own pace and convenience. Whether it’s through interactive language apps, video lessons, or virtual classrooms, students now have a wealth of resources at their fingertips.

Virtual classrooms, in particular, have gained immense popularity. They allow educators to reach a global audience and connect with students from various backgrounds. The use of video conferencing, chat, and collaboration tools creates an interactive and engaging learning environment, simulating real-life communication situations.

Artificial intelligence (AI) and machine learning have also made their mark in English language instruction. AI-powered chatbots and language tutors can provide instant feedback and support to learners. These tools not only assist with grammar and vocabulary but also analyze a student’s progress and adapt lessons to their individual needs.

Furthermore, technology has opened doors for immersive language experiences. Virtual reality (VR) and augmented reality (AR) applications are being used to create virtual environments where learners can practice English in realistic scenarios. This technology transports students into English-speaking cultures, helping them gain a deeper understanding of the language and its cultural context.

However, the role of teachers remains irreplaceable. Technology should be viewed as an enabler, not a substitute, for educators. Skilled teachers use these tools to supplement their teaching methods and provide a more dynamic and engaging learning experience.

As technology continues to advance, the future of English language instruction promises to be even more exciting. The use of big data and analytics will enable educators to personalize learning experiences, making English language learning more efficient and tailored to individual needs. In this digital age, the marriage of technology and education is transforming the way we teach and learn English, making it more accessible and engaging than ever before.

Penulis: Nanik Shobikah M.Pd

Tadris Bahasa Inggris Gandeng AMCOR dan EES pada Webinar Beasiswa Luar Negeri

Pontianak (ftik.iainptk.ac.id) – Program Studi Tadris Bahasa Inggris menggandeng American Corner (Amcor) Universitas Tanjungpura, dan Excellence English Studio pada kegiatan webinar kemarin (Selasa, 25/08). Webinar ini bertajuk “Kupas Tuntas Beasiswa S2 dan S3 Luar Negeri (AS, Australia, dan Inggris). Dan menghadirkan pembicara yang berkompeten di bidangnya. Diantaranya, Yauma Yulida Hasanah, Awardee Australia Awards Scholarship (AAS) yang tengah menyelesaikan Master of TESOL University of Melbourne. Dedi Irwan, Ph.D., Dosen IKIP PGRI Pontianak yang juga alumnus Ph.D Program, School of Education, University of Leicester, United Kingdom.  Yusawinur Barella, M.Pd, Koordinator American Corner, UNTAN, serta Elisa Yuzar, Founder Excellence English Studio.

Mewakili Dekan FTIK, Dr. Yapandi Ramli, M. Pd selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga mengungkapkan bahwa kegiatan ini dapat membangun motivasi masyarakat. Khususnya yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri. “Di kalangan masyarakat ada pandangan umum soal kesukaran kuliah di luar negeri. Seperti kemampuan bahasa asing, biaya hidup, maupun kemampuan akademik dari scholarship hunter itu sendiri. Karenanya diharapkan dari kegiatan ini motivasi akademis semakin meningkat,” ujarnya.

Sebagai narasumber pertama, Yauma Yulida Hasanah mengungkapkan banyak pengalaman unik saat mengenyam pendidikan di Australia. “Perbedaan budaya, seperti halnya budaya pembelajaran memberikan kesan yang dapat membuka pikiran untuk berkembang lebih baik. Meskipun demikian, untuk meraihnya diperlukan suatu cara pandang yang positif, tidak perlu mengecilkan diri, dan posisikan niat belajar sebagai passion dengan diiringi doa yang kuat, maka hasil baik akan berpihak,” jelasnya.

Sementara itu, pengalaman positif lain juga dikemukakan oleh Dedi Irwan. Dalam kesempatan tersebut, Dedi mengungkap keterkaitan antara pasar dan kesempatan belajar, pemasaran diri untuk kelayakan penerimaan beasiswa luar negeri. Tentu saja, persiapan diri merupakan kunci utama dalam keberhasilan studi maupun raihan scholarship awards.

“Saat mengajukan tesis di Yogyakarta, saya tidak segan untuk meminta arahan dari pembimbing untuk sekaligus mengonsep proposal beasiswa di luar negeri. Artinya butuh juga suatu strategi dan peta konsepuntuk mempersiapkan beasiswa luar negeri,” cerita Dedi.

Kemudian, Yusawinur Barella selaku Koordinator American Corner UNTAN menyampaikan kesempatan akademisi bahkan profesional di Indonesia sangat besar jika ingin mengenyam pendidikan di Amerika Serikat.

“Sangat banyak jalur yang dapat dimanfaatkan, dari program prestisius Fullbright Scholarship for Indonesia, maupun jalur Fellowship seperti Humphrey, Fullbright FLTA, US-Asean Scholar, dan lain sebagainya. Adapun jenjang yang ditawarkan, mulai dari Undergraduate hingga Doctoral Degree, atau hanya sekedar shortcourse selama 6 bulan”.

Sebagai narasumber terakhir, Elisa Yuzar membagikan pengalaman persiapan kebahasaan sebagai syarat utama menuntut ilmu di luar negeri. Terutama kemampuan bahasa Inggris. “Pada dasarnya memang tidak semua beasiswa menempatkan The International English Language Testing System (IELTS) sebagai pertimbangan utama keberhasilan meraih beasiswa. Namun setidaknya kemampuan listeningreadingwriting, dan speaking merupakan komponen yang tidak dapat dielakkan”, paparnya.

Dalam persiapan tersebut, Elisa juga menyebut bahwa tidak secara khusus mengikuti kursus resmi bahasa inggris, tetapi lebih mencari partner untuk melatih kemampuan bahasa tersebut. Ternyata hal tersebut belum lah cukup, setiap bagian bahasa memiliki treatment yang berbeda dan harus jeli menyikapinya.

Webinar ini selain memanfaatkan media Zoom, juga memanfaatkan Youtube Live sehingga keterjangkauan peserta dapat lebih maksimal. Diwawancarai secara terpisah, Kaprodi Tadris Bahasa Inggris, Sulaiman, M.Pd. berharap kerja sama ini tidak hanya terhenti pada webinar ini.

“Semoga ke depan kita dapat menjalin kerja sama seperti pelatihan-pelatihan, softskill, maupun kegiatan bermanfaat lain. Sehingga eksistensi kita sebagai pemangku amanah Tri Dharma Perguruan Tinggi dapat dirasakan oleh masyarakat luas,” harapnya.

Penulis: Arief Adi Purwoko

Editor: Dian Kartika Sari