The Importance of Pronunciation and Accent in English Language Instruction

Pronunciation and accent have long been considered integral aspects of language learning, and in the world of English language instruction, their significance is becoming increasingly recognized. English educators are placing greater emphasis on the importance of clear pronunciation and the acceptance of diverse accents in the pursuit of effective communication.

English, as a global language, boasts an array of regional accents and variations, from American and British English to Australian, Canadian, and more. Each accent carries its unique cultural and linguistic characteristics, making English a rich and diverse tapestry. However, the focus on proper pronunciation and the appreciation of diverse accents is not about erasing these distinctions but rather about fostering effective and respectful communication.

Here are some key aspects of the importance of pronunciation and accent in English language instruction:

1. Clear Communication: Pronunciation plays a vital role in enabling effective communication. Correct pronunciation ensures that the speaker’s message is accurately understood, reducing the chances of misunderstandings and miscommunication.

2. Cultural Awareness: Teaching students to recognize and appreciate different accents contributes to their cultural awareness. It helps students understand that English is a global language with a rich tapestry of voices and experiences.

3. Increased Confidence: Proper pronunciation boosts students’ confidence in their language abilities. When they can speak clearly and be understood, they are more likely to engage in conversations and express themselves.

4. Professional and Academic Success: In professional and academic contexts, clear pronunciation is crucial. It ensures that students can effectively convey their ideas, participate in meetings, and excel in academic presentations and written assignments.

5. Accent Acceptance: Emphasizing that there is no one “correct” accent in English fosters a more inclusive and tolerant learning environment. Students are encouraged to embrace their own accents and those of others, promoting respect and diversity.

6. Enhanced Listening Skills: Proper pronunciation and exposure to diverse accents improve listening skills. This is especially important in English language learners’ ability to comprehend conversations with speakers from various regions.

7. Global Competency: As English is used as a lingua franca in international contexts, understanding diverse accents equips students with the global competency needed to navigate multicultural and multilingual environments.

Incorporating pronunciation and accent considerations into English language instruction does not undermine the importance of vocabulary, grammar, or fluency. Instead, it enhances these aspects by fostering clearer and more effective communication.

In conclusion, the importance of pronunciation and accent in English language instruction is a reflection of the evolving nature of language education. By emphasizing these aspects, educators are equipping students not only with linguistic competence but also with the cultural awareness and communication skills needed to thrive in an interconnected world. Promoting clear pronunciation and accent acceptance is a step towards inclusive and effective language instruction.

Penulis : Dr. Istiqamah Malik, MA

Wisata Literasi Guru se-Kalimantan Barat pada Program Organisasi Penggerak

Dalam rangka memperkaya pengetahuan dan keterampilan guru, kegiatan Wisata Literasi Guru se-Kalimantan Barat di bawah naungan Program Organisasi Penggerak telah sukses dilaksanakan. Ketua tim Nanik Shobikah, M.Pd, dan dosen anggota PKM Vibry Andina Nurhidayah, M.Hum, memimpin kegiatan ini dengan partisipasi aktif mahasiswa seperti Feni Nurhaliza.

Ketua tim, Nanik Shobikah, M.Pd, membuka kegiatan dengan menekankan pentingnya literasi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. “Wisata literasi ini tidak hanya memberikan pengalaman baru kepada guru, tetapi juga menjadi inspirasi untuk menciptakan atmosfer literasi yang lebih hidup di sekolah,” ujarnya.

Dosen anggota PKM, Vibry Andina Nurhidayah, M.Hum, menyajikan materi mengenai pengembangan literasi di lingkungan sekolah. Beliau menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang merangsang minat baca dan menumbuhkan kegemaran literasi di kalangan siswa.

Wisata literasi melibatkan kunjungan ke perpustakaan, toko buku, dan lokasi-lokasi literasi terkemuka di Kalimantan Barat. Para guru dan mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ini mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan berbagai sumber literasi dan merasakan atmosfer literasi yang inspiratif.

Mahasiswa yang terlibat, seperti Feni Nurhaliza, memberikan kontribusi dengan berbagi pengalaman dan perspektif mereka mengenai literasi di kalangan generasi muda. “Kegiatan ini membuka mata kami terhadap beragam potensi literasi yang dapat diaplikasikan dalam konteks pendidikan,” ungkapnya.

Wisata Literasi Guru ini bukan hanya sebagai perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan intelektual yang mendorong para guru untuk terus mengembangkan keterampilan literasi mereka. Dengan memperkaya wawasan dan menggali berbagai sumber literasi, diharapkan guru-guru dapat menjadi agen perubahan dalam menciptakan budaya literasi yang kuat di sekolah-sekolah mereka.

Pelatihan Tutep IAIN Bahasa Inggris: Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa dalam Pengajaran Bahasa Asing

Dalam upaya terus meningkatkan kualitas pendidikan di bidang bahasa Inggris, IAIN menyelenggarakan pelatihan dengan menghadirkan narasumber ahli, Ketua Tim Segu, S.Pd, MA. Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan wawasan dan keterampilan tambahan kepada mahasiswa yang berminat mengembangkan diri dalam pengajaran bahasa Inggris.

Dalam sesi pelatihan, Ketua Tim Segu membahas strategi pengajaran terkini, metode pembelajaran yang efektif, dan pendekatan inovatif dalam memfasilitasi pemahaman siswa terhadap bahasa Inggris. Presentasinya mencakup penerapan teknologi dalam pengajaran, pengembangan materi ajar yang menarik, dan pendekatan komunikatif.

Efyu Rahmah Shalihah dan Wiwin Kurnia, dua mahasiswa yang terlibat aktif dalam kegiatan ini, berkesempatan untuk mendalami aspek-aspek penting dalam mengajar bahasa Inggris. “Pelatihan ini memberikan perspektif baru dan pemahaman mendalam tentang cara meningkatkan kualitas pengajaran kami,” ungkap Efyu Rahmah Shalihah.

Selain teori, pelatihan ini juga melibatkan sesi praktis di mana mahasiswa dapat merancang dan mempresentasikan materi pembelajaran. Ketua Tim Segu memberikan umpan balik konstruktif untuk membantu mahasiswa mengasah keterampilan mereka sebagai calon pendidik.

Kegiatan ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa IAIN untuk terus berkembang sebagai calon pendidik bahasa Inggris yang berkualitas. Semangat dan antusiasme para peserta menciptakan atmosfer yang produktif selama pelatihan, menunjukkan komitmen mereka untuk meningkatkan kualitas pengajaran bahasa Inggris di lingkungan akademik mereka.

Pendampingan Sekolah Penggerak Tahun 2021: Membangun Kualitas Pendidikan

Sebagai bagian dari komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, program Pendampingan Sekolah Penggerak Tahun 2021 telah sukses dilaksanakan. Kegiatan ini dipimpin oleh ketua tim Sulaiman, M.Pd, dengan dukungan aktif dari dosen anggota PKM Segu, S.Pd, MA.

Ketua tim, Sulaiman, M.Pd, membuka kegiatan dengan menyoroti peran sentral sekolah sebagai penggerak perubahan dalam dunia pendidikan. “Melalui pendampingan ini, kita berupaya menciptakan lingkungan belajar yang inovatif dan berdaya saing,” ujarnya.

Dosen anggota PKM Segu, S.Pd, MA, menyajikan materi mengenai strategi pendampingan yang efektif dalam mendukung program Sekolah Penggerak. Beliau menekankan pentingnya kolaborasi antara dosen, guru, dan pihak terkait untuk mencapai tujuan bersama dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Selama pendampingan, tim tersebut memberikan dukungan praktis dalam penyusunan rencana pengembangan sekolah, penerapan kurikulum yang inovatif, dan manajemen efektif. Mereka juga melibatkan guru-guru dan stakeholder sekolah dalam berbagai workshop dan sesi diskusi.

”Melibatkan dosen sebagai pendamping memberikan perspektif yang berharga dan pengalaman praktis untuk memperkaya upaya peningkatan kualitas sekolah,” ungkap ketua tim Sulaiman, M.Pd.

Pendampingan Sekolah Penggerak Tahun 2021 bukan hanya sebagai upaya singkat, tetapi sebagai investasi jangka panjang dalam menciptakan perubahan positif dalam dunia pendidikan. Dengan dukungan dari tim pendamping yang terdiri dari para ahli dan praktisi berpengalaman, diharapkan sekolah-sekolah yang terlibat dapat menjadi agen perubahan yang mampu mencetak generasi unggul dan berdaya saing.

Innovative Strategies for Teaching English to Non-Native Speakers

In a rapidly globalizing world, the importance of effective English language education for non-native speakers cannot be overstated. To meet the growing demand, educators and language professionals are embracing innovative strategies that go beyond traditional methods. In this article, we explore some of these groundbreaking approaches that are changing the landscape of English language education.

One such strategy is “Blended Learning,” a combination of in-person and online instruction. Blended learning allows students to access a wealth of digital resources, practice speaking and listening skills with language apps, and then apply their knowledge in the classroom. This approach not only enhances engagement but also accommodates diverse learning styles.

Another innovative approach is “Content-Based Instruction.” This method involves teaching English through subject matter, such as history, science, or art. It makes learning English more relevant and practical, as students gain language skills while studying topics they are passionate about.

Moreover, “Peer-to-Peer Learning” is gaining popularity. Here, students collaborate with their peers, helping one another develop language skills. This approach not only fosters language development but also builds a sense of community and mutual support within the classroom.

Additionally, the integration of “Multimodal Resources” is transforming English language instruction. Teachers are now using videos, podcasts, and interactive apps to expose students to authentic language use and various accents, making their learning experience more immersive.

In conclusion, the field of English language education is evolving, with educators harnessing innovative strategies to enhance the learning experience for non-native speakers. As the world continues to become more interconnected, these methods ensure that learners are well-prepared to navigate the global landscape, one English word at a time.

Penulis : Segu S.Pd, MA

Pelatihan : Peningkatan Kompetensi Mahasiswa dalam Pengajaran Bahasa Inggris

Dalam rangka mengembangkan kualitas pendidikan di bidang bahasa Inggris, Universitas Tanjungpura (Untan) menyelenggarakan pelatihan yang mengundang Ketua Tim Segu, S.Pd, MA, seorang pakar bahasa Inggris, sebagai narasumber utama. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan keterampilan tambahan kepada mahasiswa yang berminat dalam dunia pengajaran bahasa Inggris.

Dalam sesi pelatihan yang penuh inspirasi, Ketua Tim Segu membahas berbagai aspek pengajaran bahasa Inggris, termasuk metode pembelajaran terkini, teknologi dalam kelas, dan penggunaan sumber daya pendukung yang efektif. Beliau memberikan wawasan mendalam tentang pendekatan komunikatif dan strategi untuk meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa.

Efyu Rahmah Shalihah dan Wiwin Kurnia, mahasiswa yang aktif terlibat dalam kegiatan ini, memberikan kesaksian tentang manfaat pelatihan tersebut. “Ini adalah kesempatan emas bagi kami untuk mendalami pengajaran bahasa Inggris dengan panduan seorang ahli,” kata Efyu Rahmah Shalihah.

Sesi interaktif dan workshop praktis memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari. Dengan bimbingan Ketua Tim Segu, mahasiswa merancang dan menyajikan materi pembelajaran, serta menerima umpan balik konstruktif untuk pengembangan lebih lanjut.

Kegiatan ini bukan hanya tentang peningkatan keterampilan pengajaran, tetapi juga menginspirasi mahasiswa untuk terus berkembang sebagai calon pendidik bahasa Inggris yang berkualitas. Semangat dan dedikasi peserta menunjukkan antusiasme tinggi untuk berkontribusi dalam memajukan bidang pendidikan bahasa Inggris di Universitas Tanjungpura.

Instruktur Literasi dalam Bimtek Tindak Lanjut AKMI untuk Guru Madrasah

Sebuah Bimbingan Teknis (Bimtek) Tindak Lanjut Adiwiyata, Keluarga, Madrasah, dan Industri (AKMI) untuk guru madrasah diselenggarakan dengan penuh antusiasme. Kegiatan ini melibatkan instruktur literasi terbaik, dengan ketua tim Sulaiman, M.Pd, dan dosen anggota PKM Segu, S.Pd, MA, yang memimpin sebagai narasumber utama.

Ketua tim, Sulaiman, M.Pd, membuka Bimtek dengan menyoroti peran penting guru madrasah dalam mendukung inisiatif AKMI. “Literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga tentang memahami, menganalisis, dan berpikir kritis,” ujarnya.

Dosen anggota PKM Segu, S.Pd, MA, menyajikan materi mengenai strategi literasi yang dapat diimplementasikan dalam lingkungan madrasah. Beliau menekankan integrasi antara literasi, nilai-nilai adiwiyata, dan pengembangan keterampilan untuk menghasilkan pendidikan holistik.

Instruktur literasi, dalam hal ini para mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan PKM, juga berkontribusi dalam sesi-sesi praktis dan workshop. Mereka berbagi contoh praktik terbaik dan memberikan panduan kepada para guru madrasah tentang cara meningkatkan literasi di kelas.

“Melibatkan para instruktur literasi dalam Bimtek ini memberikan perspektif yang segar dan inspiratif. Guru madrasah dapat mengadopsi berbagai pendekatan kreatif dalam meningkatkan literasi siswa,” ungkap dosen anggota PKM Segu, S.Pd, MA.

Bimtek ini tidak hanya memberikan wawasan tentang strategi literasi yang efektif, tetapi juga memberikan kesempatan bagi guru madrasah untuk bertukar pengalaman dan mendapatkan dukungan dalam melaksanakan program AKMI di lingkungan pendidikan mereka. Dengan semangat kolaboratif, diharapkan literasi di kalangan siswa madrasah dapat terus meningkat, memberikan dampak positif bagi perkembangan pendidikan di Indonesia.

The Role of Technology in Modern English Language Instruction

In today’s fast-paced digital age, technology has revolutionized the landscape of education, and English language instruction is no exception. The integration of technology in the classroom is playing a pivotal role in enhancing the learning experience for English language learners.

One of the most notable developments in this area is the proliferation of online language learning platforms and applications. These digital tools offer learners the flexibility to practice their English skills at their own pace and convenience. Whether it’s through interactive language apps, video lessons, or virtual classrooms, students now have a wealth of resources at their fingertips.

Virtual classrooms, in particular, have gained immense popularity. They allow educators to reach a global audience and connect with students from various backgrounds. The use of video conferencing, chat, and collaboration tools creates an interactive and engaging learning environment, simulating real-life communication situations.

Artificial intelligence (AI) and machine learning have also made their mark in English language instruction. AI-powered chatbots and language tutors can provide instant feedback and support to learners. These tools not only assist with grammar and vocabulary but also analyze a student’s progress and adapt lessons to their individual needs.

Furthermore, technology has opened doors for immersive language experiences. Virtual reality (VR) and augmented reality (AR) applications are being used to create virtual environments where learners can practice English in realistic scenarios. This technology transports students into English-speaking cultures, helping them gain a deeper understanding of the language and its cultural context.

However, the role of teachers remains irreplaceable. Technology should be viewed as an enabler, not a substitute, for educators. Skilled teachers use these tools to supplement their teaching methods and provide a more dynamic and engaging learning experience.

As technology continues to advance, the future of English language instruction promises to be even more exciting. The use of big data and analytics will enable educators to personalize learning experiences, making English language learning more efficient and tailored to individual needs. In this digital age, the marriage of technology and education is transforming the way we teach and learn English, making it more accessible and engaging than ever before.

Penulis: Nanik Shobikah M.Pd

TEFLIN KALBAR dan IAIN Pontianak Sukses Gelar Seminar Virtual Internasional Sesi 3

Pontianak (ftik.iainptk.ac.id) – Senin (28/09) dilaksanakan sesi ke 3 seminar virtual internasional hasil kerjasama IAIN Pontianak dan The Association for the Teaching of English Language in Indonesia (TEFLIN) Kalimantan Barat. Kegiatan yang dihelat melalui aplikasi Zoom dan siaran langsung Youtube ini menjaring sekitar 250 peserta dan 100 viewer. Dengan mengusung tema “The Direction of Language Teaching During and Post Pandemic: Contributions to Research and Pedagogy”, seminar ini menghadirkan pemateri baik dari dalam maupun luar negeri. Sebelumnya kegiatan ini diagendakan selama tiga hari pada 24, 25 dan 28 September 2020. Antusiasme peserta begitu terlihat dari keaktifan tanggapan dan pertanyaan malalui kolom komentar yang tersedia.

Tampil sebagai pembicara pertama Prof. Jayakaran Mukundan dari Universitas Putra Malaysia yang memaparkan tentang perbedaan peran pengajar pada kelas konvensional dan kelas online. “Conventional: Teacher see all, control is absolute, the direction of teaching is fluid, there are interruptions, pauses, prompts, cues all of which are a part of learning-teaching. But the new normal: The screen and transmission are central. Transmissions can be weak and when it works, the screen is very restrictive even if teachers can see all their students on screen,” tuturnya. Ia juga menekankan agar pendidik harus bisa menyesuaikan dengan perubahan zaman.“Teachers can plan for future disruptions like this. There will be more research on social media and meeting platforms so that they accommodate the needs of teachers and learners,” pungkasnya.

Dengan membawakan hasil penelitiannya, pembicara kedua Endang Susilawati dari TEFLIN Kalbar memaparkan tentang fakta kurangnya pendekatan sosiolingustik dalam pembelajaran bahasa Inggris. “Sociolinguistics is the field that studies the relationship between language and society, between the uses of language and the social structures of the users. Sociolinguistics are interested in explaining why we speak differently in different social contexts, and they are concerned with identifying the social functions of language and the ways it is used to convey social meaning. Language varieties and social context. But, in fact, the English material design does not take sociolinguistic context into consideration, whereas it is very important to realize the achievement of the language communicative competence,” ungkapnya.

Pembicara ketiga Dr. Bushra Ahmed Khuram dari Departement of English University of Karachi Pakistan menunjukkan hasil pengamatannya bahwa perhatian siswa selama berlangsungnya kelas online menjadi masalah yang utama. Ia menjelaskan “As we switched to online classes in June, the sessions with ma’am did not feel any different cities across the country. The biggest hurdle that we came across in classes of other courses was that teachers were unable to maintain class decorum and could not ensure students’ attentiveness during online lectures. I believe the primary strength factor that paved the path for conducive online sessions was that ma’am instructed us to switch on our cameras and every student was required to state their opinion about the topic under discussion. I think this was a crucial element and the only way to ensure students’ attentiveness during online classes. My research study showed that though online teaching is different, the motivational antecedents for learner engagement in an online class are the same as that of face-to-face teaching.”

Dr. Ikhsanudin dari TEFLIN Kalbar menjadi pembicara terakhir yang mengulas tentang kemungkinan dan kemampuan pembelajaran online di Indonesia. “In this situation, since 2010 enough number of books available online and at that time there was a problem of computer and the internet. In the following steps, the government regulated the telecommunication company. The target of the government is every district should be a center, should be a tower that can serve the people on the internet, even though in limited speed. And now, because of that regulations, the price of computers is very low in Indonesia, and the internet connection is also very cheap compared to internet packages in many countries. And now the situation is very different where the public services should be completed by private companies. But the point is even though it is difficult in the very rural areas but internet connection and the textbook are available. We see many students must go up to the hill and climb some trees to get internet, but it is available compare to several countries that don’t have any connection internet at all. So, in this pandemic, the students should learn from home, have got internet facilities and available textbooks. Many people complain about this situation because they have no economic power but at least it is possible for them to get access,” paparnya.

Setelah menyelesaikan serangkaian kegiatan, seminar virtual internasional ini ditutup secara resmi oleh Wakil Dekan I FTIK IAIN Pontianak Dr. H. Yapandi, M.Pd. Ia menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan ini dan berharap kegiatan serupa dalam dijalankan kembali untuk meningkatkan kualitas akademis kita. “Semoga kegiatan ini menjadi amal ibadah kita. dan semua materi yang diberikan dapat bermanfaat bagi masyarakat luas,” ucapnya mengakhiri pembicaraan.

Penulis: Andry Fitrianto

Editor: Dian Kartika Sari

IAIN PONTIANAK-TEFLIN Sukses Adakan Seminar Virtual Internasional Sesi 2

Pontianak (ftik.iainptk.ac.id) – The Association for the Teaching of English Language in Indonesia (TEFLIN) Kalimantan Barat dan IAIN Pontianak melalui Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Tadris Bahasa Inggris sukses mengadakan seminar virtual internasional sesi ke dua pada Jum’at (25/09). Terpantau paling tidak sekitar 224 orang masuk sebagai peserta seminar melalui aplikasi Zoom dan 76 peserta yang mengikuti secara streaming melalui akun Youtube See_U Project.

Dengan dipandu oleh Nanik Sobikhah, M. Pd sebagai moderator, kegiatan ini berjalan dengan baik dan lancar. Kegiatan yang diagendakan selama tiga hari ini mengusung tema “The Direction of Language Teaching During and Post Pandemic: Contributions to Research and Pedagogy”.

Seminar virtual internasional kali ini menghadirkan pembicara dari dalam dan luar negeri. Tampil sebagai pembicara pertama Uray Salam, Ph. D dari Universitas Tanjungpura menjelaskan perkembangan penelitian yang sedang dilakukannya terkait dengan berbagai macam permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran Bahasa Inggris secara online. Dengan tajuk Locked-Down By Corona, The Students’ Learning Through Whatsapp, ia memaparkan beberapa hasil pengamatannya tentang menggunaan teknologi sebagai media pembelajaran. “Claims of benefit, advocacy, a marked lack of evidance-based research perspactives. Many articels that have appeared in research journals, cnference proceedings, and book chapters are provocative and promotional,” tuturnya.

Menanggapi pertanyaan dari peserta seminar tentang kendala kelistrikan dan akses sinyal internet yang dimiliki oleh peserta didik, ia menuturkan “That’s why I always ask the student before they enter the session, I ask them to tell me their location. If I know that they have difficulties in a connection, I have special treatment for them. I do not give them a very strict deadline thing. I give them flexible time like for the attendance.”

Pembicara kedua Assoc. Prof. Pratya Binmadnee, Ph. D dari Departement of English, Faculty of Liberal Arts and Sosia Sciences Fatoni University Pattani Thailand menekankan pentingnya pembelajaran bahasa Inggris yang diintergrasikan dengan budaya lokal. Hal ini dilakukan guna mencipatakan efektifitas dalam pembelajaran.

“By highlighting the concept of local integration, it could strengthen learners’ minds because they learn and understand wholeheartedly their own cultures from the main sources. Thus, developing VLA for EFL students should focus on the integration of acquiring language, promoting learning and learners, as well as making use of their social or local contexts. The use of local integration in this study which promoted students’ background knowledge could be considered as a major agenda in designing VLA -Fun Fast English, as it can bring the social, emotional, and spiritual change towards the learning of English,” pungkasnya.

Nadra Huma dan Huma Rauf dari Society of Pakistan English Language Teacher (SPELT) Association tampil sebagai pembicara ketiga dan keempat yang membagikan lima tips untuk menunjang pembelajaran bahasa Inggris yang menarik secara online, yaitu 1) Update curriculum content, digitize courses. 2) Keep in mind the time constraint while planning lessons. 3) Provide clear guidelines & rubrics. 4) Use technology as a tool efficiently e.g chatbox, video links, etc. 5) Provide a list of best online resources.

Sedangkan pembicara kelima Dr. Fatima Rehan Dar yang merupakan Director Centre For Teaching Excellence and Learning Innovation Iqra University Karachi menyatakan pentingnya penjaminan kualitas pembelajaran yang dilakukan secara online. Ia menjelaskan “Quality assurance is defined as systematic management and assessment procedures to ensure achievement of quality outputs or improved quality.” Ia pun menambahkan beberapa penjelasan terkait parameter penjaminan mutu tingkat internasional terkait pendidikan online, yaitu:  Institution’s technical infrastructure readiness, faculty readiness, student readiness, content, materials and resource readiness, assessment procedures, channels of communication between faculty, student, management.

Pembicara terakhir Prof. Dr. Nasreen Hussain yang merupakan Chair of the Education Department at the Institute of Bussiness Management University Karachi memaparkan beberapa hal yang harus dipenuhi untuk mencapai efektivitas pembelajaran online. “To approriately switch to online learning, three requirements need to be fulfilled: Access to the internet, the right tecnology, and skill to use the technology,” jelasnya.

Sementara itu, Dr. Istiqomah selaku koordinator program kegiatan ini memberikan tanggapannya. “Kegiatan seminar hari ini merupakan studi komparasi tiga negara (Indonesia, Thailand, dan Pakistan) yang membahas tentang pengajaran bahasa Inggris dalam konteks pandemi. Meskipun Thailand termasuk negara yang berhasil mengendalikan wabah covid 19, penjelasan para penyaji menggambarkan kesamaan dan perbedaan media pengajaran bahasa Inggris yang diterapkan dalam konteks pandemi. Kesamaannya adalah menyetujui penggunaan medsos atau e-learning dalam pengajaran. Perbedaan adalah pilihan terhadap medsos yang digunakan. Bahwa penggunaan medsos menemui hambatan yang perlu dicarikan solusi. Contohnya, ketiadaan atau ketidakstabilan jaringan internet di sebagian kawasan,” paparnya.

Penulis: Andry Fitrianto

Editor: Dian Kartika Sari