Pada sebuah seminar yang digelar di Perguruan Mathlaul Anwar, tantangan pembelajaran bahasa Inggris dihadapi dengan cara yang inovatif melalui tema “Learning English Through Local Culture.” Narasumber terhormat, Drs. H. Momon Salmon, M.Pd, dan Militansina, M.Pd, memimpin diskusi yang menginspirasi para peserta untuk menyelami bahasa Inggris melalui kearifan lokal.
Drs. H. Momon Salmon, M.Pd, membuka seminar dengan merinci pentingnya mengintegrasikan budaya lokal dalam pembelajaran bahasa Inggris. Beliau menyoroti bagaimana penggunaan cerita rakyat, tradisi, dan nilai-nilai lokal dapat memperkaya pengalaman belajar siswa.
Militansina, M.Pd, melanjutkan dengan membahas strategi dan metode untuk mengintegrasikan unsur budaya lokal dalam pembelajaran bahasa Inggris. Dengan memberikan contoh konkret, beliau mengilustrasikan bagaimana guru dan mahasiswa dapat bekerja sama dalam menciptakan pengalaman belajar yang autentik dan bermakna.
Para mahasiswa yang ikut terlibat, seperti Egi Dian Fitri, Wiwin Kurnia, Budi Pangestu, Aura Abidah, Jelkarisa, Feni Nurhaliza, Efyu Rahmah Shalihah, dan Pitriyeh, turut memperkaya seminar dengan pengalaman dan pandangan mereka. Mereka berbagi cerita tentang bagaimana pembelajaran bahasa Inggris yang terkait dengan budaya lokal dapat membangun koneksi yang lebih dalam dan relevan.
Efi Dian Fitri, salah satu mahasiswa, menyampaikan kesan positifnya, “Seminar ini memberikan perspektif baru. Saya merasa lebih termotivasi untuk menjadikan bahasa Inggris sebagai alat untuk menghargai dan memahami budaya lokal kita.”
Seminar “Learning English Through Local Culture” di Perguruan Mathlaul Anwar bukan hanya merambah ke dalam aspek linguistik, tetapi juga membuka peluang untuk menjalin hubungan emosional dengan bahasa Inggris melalui akar budaya yang kuat. Inisiatif semacam ini membawa semangat pembelajaran yang berkelanjutan dan merangsang rasa keingintahuan siswa dalam menggali kekayaan budaya lokal mereka.